Langsung ke konten utama

Pendakian Gunung Merapi - Sampai Nggak Sampai, Asal Kumpul


28 Desember 2015, Cemara Miring mengadakan pendakian masal yang bertajuk Sampai Nggak Sampai Asal Kumpul. Pendakian ini di inisiasi oleh Andre, Boncu, dan Appe—karena mereka pikir kawan-kawan Cemara Miring sudah disibukan dengan rutinitasnya masing-masing sehingga kami sangat jarang sekali bertemu. Dan pendakian ini menjadi tanda fakumnya Cemara Miring untuk mengadakan pendakian masal semacam ini lagi. Karena setelah pendakian ini, sebagian besar dari kami akan lebih sibuk mengejar mimpi dan menyiapkan masa depan yang lebih baik untuk kami masing-masing.


Kami berangkat bersembilan dengan menggunakan sepeda motor. Andre, Boncu, Appe, Oki, Ngek, Ita, Dwi, Demon, dan Otong berangkat pukul 8 pagi dari Purwodadi, Jawa Tengah. Sebenarnya ada beberapa kawan lagi yang rencanya ingin ikut serta dalam pendakian ini. Tetapi karena situasi dan kondisi yang kurang mendukung kala itu, Gambir, Cakel, Candra, Bang Yut, Wiwit, Kebling, Henik, dan Sri batal untuk ikut ke Merapi.

Dari kami bersembilan, hanya Ngek dan Boncu yang sebelumnya sudah pernah merasakan asiknya jalur pendakian gunung Merapi melalui New Selo. Ditengah perjalanan, Vespa Px tahun 90-an yang dikendarai Andre dan Oki sedikit bermasalah saat melewati tanjakan demi tanjakan di daerah Selo, Boyolali. Mesin Vespa tua tersebut over heat. Lantas Appe dan Ita menemani Andre dan Oki untuk menunggu mesin Vespa kembali dingin dan dapat melanjutkan perjalanan. Disaat yang sama, 5 orang lainnya sudah berjalan lebih dulu dan menunggu di sebuah masjid yang berada di tepi jalan arah ke New Selo.

Setelah kurang lebih 20 menit beristirahat, Vespa dapat kembali melaju. Dan tidak lama kemudian kami bersembilan kembali bertemu dan melanjutkan perjalanan menuju basecamp New Selo. Ketika basecamp tinggal beberapa meter, Vespa kembali bermasalah dan harus didorong. Karena tanjakan menuju basecamp New Selo memang ‘gila’ untuk ukuran sepeda motor tua seperti Vespa.

Sesampainya di basecamp, cuaca mulai berubah. Langit mulai berwarna abu-abu, dan rintik hujan mulai turun. Kemudian kami memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu di basecamp. Makan siang dan packing ulang kami lakukan sembari menunggu rintik hujan menghilang. Tidak berlangsung lama, rintik hujan pun reda. Cuaca berubah menjadi cerah. Hanya sedikit kabut yang menutupi pandangan kami kearah gunung Merapi. Di sisi yang lain, terlihat dengan jelas, gunumg Merbabu berdiri gagah.

Sekitar pukul 14.00 kami memulai pendakian dari basecamp New Selo. Melewati jalan raya beraspal yang dihiasi perkebunan warga di kanan dan kirinya. Sekitar 30 menit berjalan, kami sampai pada sebuah gardu pandang yang terdapat tulisan New Selo ala Hollywood. Disitu kami berfoto terlebih dahulu, karena tempat tersebut cukup iconik. Untuk pendaki yang ingin membeli makanan ringan, nasi atau gorengan untuk bekal mendaki, dapat membeli di warung-warung yang terdapat di gardu pandang New Selo.

Dari gardu pandang menuju ke Pos 1 cukup jauh. Namun trek cukup bersahabat. Tidak terdapat tanjakan yang harus memaksa kaki melangkah terlalu tinggi. Sekitar 2 jam, kami bertemu sebuah shelter di Pos 1. Kami beristirahat dulu di shelter tersebut. Di Pos 1 kami beristirahat cukup lama. Canda tawa ditemani makanan ringan membuat kami betah untuk singgah di Pos 1. Karena pendakian ini memang bertujuan untuk berkumpul dan bersenang-senang dengan kawan-kawan yang sudah mulai jarang bertemu.

Setelah jingga senja terlihat, kami kembali berjalan untuk menuju ke Pos 2. Trek menuju ke Pos 2 sedikit lebih melelahkan. Kami berjalan sedikit lebih lambat kali ini. Selain karena kelelahan, kami juga sangat senang menikmati senja dengan gunung Merbabu yang berada diseberang. Belum sampai di Pos 2, suara adzan mahgrib sayub-sayub mulai terdengar. Kami pun berhenti. Canda tawa kembali pecah sembari menyeduh kopi untuk menghangatkan diri.

Trek pendakian mulai didominasi oleh bebatuan. Dan cuaca mendung kembali menghiasi langit. Tidak lama kemudian, kami sampai di Pos 2. Karena tadi kami sudah beristirahat, kami pun terus berjalan menuju Watu Gajah. Menurut Ngek, disitu adalah tempat yang cukup nyaman untuk mendirikan tenda dibandingkan di Pasar Bubrah (batas aman pendakian). Jalur mulai menyiksa kaki. Bebatuan besar dengan jurang di kanan kiri menghiasi perjalanan malam kami. Malam itu cuaca sedikit tidak bersahabat. Angin kencang dan rintik hujan yang kembali datang membuat kami ingin cepat-cepat mendirikan tenda.

Belum sampai di Watu Gajah, Ita sedikit mengalami masalah pada kakinya. Karena trek menuju Watu Gajah memang berbahaya. Jika tidak berhati-hati, kaki kita dapat terkilir oleh bebatuan yang licin. Bahkan yang paling berbahaya, di sisi kanan dan kirinya adalah jurang. Karena itu kami berhenti cukup lama tatkala langit mulai mendung dan kabut mulai membuat malam menjadi lebih gelap.

Saat rintik hujan mulai kami rasakan, Ita yang belum sepenuhnya pulih kakinya, kami paksa untuk bergerak menuju Watu Gajah agar dapat segera mendirikan tenda sebelum hujan turun. Sebab, jika hujan turun di tengah trek bebatuan dengan jurang di kanan dan kirinya, ditambah lagi kabut yang semakin pekat dapat sangat beresiko bagi kami semua.

Dan Perlahan kami mulai kembali berjalan. Ita berada di barisan paling belakang bersama Appe dan Ngek. Sedangkan Boncu, Andre, dan Oki sudah berada di depan mencari tempat paling dekat yang dapat kami gunakan untuk mendirikan tenda. Karena mungkin jika dipaksakan sampai ke Watu Gajah, perjalanan ini akan sangat terasa berat bagi Ita. Dan ditambah lagi malam semakin pekat oleh kabut bercampur rintik hujan.

Tidak lama kemudian, kami melihat Boncu, Andre, dan Oki yang sudah mulai mendirikan tenda di atas tanah yang cukup nyaman—jauh sebelum Watu Gajah. Sedikit di pinggir jurang (namun aman), di samping batu yang cukup besar—yang melindungi tenda dari tiupan angin kencang. Disitu mampu menampung 2 tenda. Cukup nyaman.

Seusai tenda berdiri, seperti biasa, waktunya makan-makan, ngopi-ngopi… Kami menikmati malam itu. Karena hujan tidak jadi turun—walaupun kabut masih saja menyelimuti malam. Kurang lebih pukul 10 malam, kami mulai masuk kedalam sleeping bag kami masing-masing, dan perlahan mulai terlelap. Untuk perjalanan esok, kami berencana berjalan lebih santai.

Mungkin kami terlalu telap tertidur, hingga enggan untuk menyaksikan sang mentari terbit dari balik cakrawala. Pukul 6 pagi, kami baru berusaha untuk keluar dari kantong tidur kami yang hangat dan nyaman. Setelah melihat keluar tenda, sang mentari sudah menyambut kami di sisi timur semesta dengan cahayanya yang menghangatkan. Sembari menikmati semesta ciptaan-Nya, kami merebus air untuk menyeduh kopi, memasak nasi dan teman-temannya. Untuk mengisi perut sebelum memulai perjalanan menuju Pasar Bubrah.


Dan pukul 9 pagi, kami memulai kembali perjalanan—menuju Pasar Bubrah (batas aman pendakian). Ita terlihat dalam kondisi yang lebih baik dari semalam. Belum lama kami meninggalkan tenda, kami tiba di sebuah tempat yang di sebut Watu Gajah. Memang tidak salah disebut Watu Gajah. Disitu memang terdapat batu yang sangat besar tertanam kokoh. Di tempat itu juga terlihat tenda-tenda pendaki. Kami sejenak berhenti untuk bertegur sapa dengan kelompok pendaki lain dan mengambil beberapa foto. Setelah itu, kami kembali lagi berjalan.

Setelah kurang lebih 1 jam berjalan, kami dapat melihat hamparan pasir dan bebatuan vulkanik yang berbaur menjadi satu yang di kenal sebagai Pasar Bubrah. Tidak sedikit juga pendaki yang mendirikan tenda di Pasar Bubrah, di balik batu-batu kokoh yang berada disana. Namun kami bisa membayangkan ketika badai menerpa tenda saat berada di Pasar Bubrah—pasti tidak bisa melihat apa-apa.


Dari Pasar Bubrah, kami memangdangi puncak Merapi (2930 mdpl) yang terlihat selalu mengeluarkan asap. Gunung Merapi sendiri merupakan salah gunung berapi ter-aktif di Indonesia. Karena itu, sangat beresiko jika kita yang masih menjadikan kegiatan mendaki gunung sebagai kegiatan untuk bersenang-senang saja, tanpa memikirkan resiko dan kondisi alam, memaksakan untuk melewati batas aman pendakian (Pasrah Bubrah) dan menuju ke puncak yang sangat terjal. Trek untuk menuju ke puncak adalah pasir tebal bercampur bebatuan.


Jadi jangan sampai mengorbankan keselamatan demi untuk bersenang-senang saja tanpa ada esensinya.

Komentar

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus
  2. Ebobet merupakan situs slot online via deposit pulsa aman dan terpercaya, Dengan menggunakan Satu User ID bisa bermain semua game dari Bola, Live Casino, Slot online, tembak ikan, poker, domino dan masih banyak yang lain.

    Sangat banyak bonus yang tersedia di ebobet di antaranya :
    Bonus yang tersedia saat ini
    Bonus new member Sportbook 100%
    Bonus new member Slot 100%
    Bonus new member Slot 50%
    Bonus new member ALL Game 20%
    Bonus Setiap hari 10%
    Bonus Setiap kali 3%
    Bonus mingguan Cashback 5%-10%
    Bonus Mingguan Rollingan Live Casino 1%
    Bonus bulanan sampai Ratusan Juta
    Bonus Referral
    Minimal deposit hanya 10ribu

    EBOBET juga menyediakan berbagai layanan transaksi deposit dan withdraw Bank Lokal terlengkap Indonesia seperti Bank BCA - Bank BNI46 - Bank BRI - Bank Mandiri - Bank Danamon - Bank Cimb Niaga, OVO, Deposit via Ovo. Deposit via Dana, Deposit via Go Pay, Telkomsel dan XL.

    Situs :EBOBET
    WA : +855967598801

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini