Ketika rutinitas yang terus berulang membuat kita
jenuh, dan petinggi-petinggi korporat menambah keruh kondisi, disitulah kita
harus menepi. Dan kebetulan long weekend pun
datang. Jum’at, Sabtu, Minggu, bulan Mei, kami (Appe dan Andre) memutuskan
menepi dari ibu kota. Gunung Gede Pangrango yang terletak di Jawa Barat tujuan
kami. Jaraknya tidak begitu jauh dari Jakarta.
H-3 pendakian, Rendi (kawan kami) dan dua temanya
ingin ikut bergabung dengan kami ke Gede Pangrango. Kelompok kami pun menjadi 5
orang. Kamis malam, sepulang kerja, kami berkumpul di rumah saudara Andre yang
terletak di daerah Kebayoran Lama. Disana kami menyiapkan peralatan yang akan
dibawa. Karena ketika long weekend lalu
lintas dari Jakarta menuju kota-kota di sekitarnya pasti kacau, kami memutuskan
berangkat pukul 1 dini hari dari Kebayoran Lama, Jakarta. Kami berangkat dengan
sepeda motor—karena menghindari kemacetan yang menguras emosi.
Sekedar informasi, untuk kawan-kawan yang ingin
mendaki gunung Gede Pangrango, kalian harus mendaftar secara online terlebih
dahulu. Pendaftaran dan info seputar pendakian dapat diakses di
booking.gedepangrango.org. Gunung Gede Pangrango sendiri sebenarnya adalah dua
gunung yang berbeda, namun berada dalam satu Taman Nasional dan kebetulan juga
sangat berdekatan. Gunung Gede memiliki puncak tertinggi pada ketinggian 2958
Mdpl. Sedangkan puncak tertinggi gunung Pangrango berada pada ketinggian 3019
Mdpl. Untuk bisa mencapai kedua puncak tersebut, kita dapat melalui tiga jalur
pendakian, yaitu jalur Cibodas (Bogor), jalur Gunung Putri (Bogor), dan jalur
Selabintana (Sukabumi).
Kala itu kami akan mendaki melalui jalur Gunung
Putri. Karena waktu itu kami kenal dengan seorang kawan yang memiliki akses ke
basecamp pendakian, kami tidak melalui proses pendaftaran terlebih dahulu.
JANGAN DITIRU. Semua masalah perizinan kami serahkan kepada kawan kami. Pukul 4
kami sampai di mini market yang terletak di pinggir jalan pertigaan Cibodas. Disitu
kami membeli logistik dan mengemasnya di tas kami masing-masing. O iya, selain
membantu mengurus perizinan, kawan kami juga membantu mencarikan tenda dan
nesting untuk kami. Masih di mini market yang sama, kami istirahat
sejenak—tidur lebih tepatnya. Sambil menunggu kawan kami yang sedikit lama. Satu
jam sudah kami berada di mini market. Namun kawan kami belum kunjung datang
juga. Kami pun memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu. Kebetulan ada warung
bubur ayam di seberang mini market.
Hari semakin pagi, dan orang-orang yang turun dari
angkutan umum dengan membawa tas keril pun semakin banyak. Namun kawan kami
masih belum ada kabar. Baru lah pada pukul 6 (kurang) kawan kami datang dengan
membawa sebuah tenda dan nesting. Juga memberikan arahan kepada kami. Kami pun
diarahkan untuk bertemu seorang petugas yang berada di Pos Pendaftaran jalur
Gunung Putri. Tanpa berlama-lama, kami pun menuju kesana. Disana semua
peralatan kami dicek. Setelah semuanya dianggap aman, kami pun dipersilahkan
untuk memulai pendakian.
Seperti gunung-gunung yang pernah kami daki
sebelumnya, trak awal pendakian dihiasi oleh kebun-kebun warga di kanan dan
kiri. Tapi ada sesuatu hal yang membuat kami takjub pada saat memasuki kawasan
hutan. Kawasan hutan gunung Gede Pangrango sangat lah terjaga. Vegetasi disana
masih sangat rapat. Sangat teduh. Saking rapatnya vegetasi, gerimis yang pada
pagi itu turun, tidak dapat menembus lebatnya dedaunan.
Kami berjalan santai. Bercanda, menikmati teduhnya
hutan. Untuk Rendi dan kedua kawanya (saya lupa namanya), pendakian ini adalah
pengalaman baru bagi mereka. Trek di jalur Gunung Putri didominasi oleh trek
tanah yang kadang-kadang cukup untuk membuat kaki melangkah agak tinggi. Kami beristirahat
untuk makan siang ketika jam menunjukan pukul 12 siang (kurang lebih). Mie instan
dan beberapa makanan ringan menjadi menu makan siang kami. Setelah perut
kenyang, kami pun melanjutkan perjalanan.
Jalur berubah menjadi bebatuan, saat kami tiba di
persimpangan antara jalur Gunung Putri dan Selabintana. Cukup menguras tenaga. Dari
persimpangan itu kami menuju Alun-Alun Surya Kencana. Pos terakhir sebelum
puncak. Dan Alun-Alun Surya Kencana adalah tempat favorit bagi para pendaki
gunung Gede Pangrango untuk menikmati kopi, dan bermalam.
Kurang lebih pukul 4 sore, kami tiba di sebuah
hamparan yang sangat luas, berhiaskan pohon-pohon adelweiss, sungai kecil
ditengah-tengah, dan Gunung Putri (sebelah kiri) serta puncak Gede Pangrango
(sebelah kanan). Setelah melalui rapatnya hutan bagai terowongan, kami tiba
pada tempat yang luar biasa mantab. Sayangnya, cuaca sedang sedikit mendung dank
abut juga ikut melingkapi. Sehingga mentari pun tak mampu menampakan diri. Kami
pun mendirikan tenda sedikit menepi dari keramaian, diantara pohon-pohon
edelweiss. Seperti biasa, kami memasak, menyeduh kopi, dan menikmati senja
tanpa mentari berhiaskan bunga abadi di sekeliling kami.
Rendi dan kedua temanya berkeliling di Alun-Alun
Surya Kencana untuk mencari spot foto yang menarik. Namun Appe dan Andre
memilih untuk menikmati kopi dan bebera batang rokok di depan tenda. Udara dingin
begitu menusuk tatkala hari mulai gelap. Kabut datang dan pergi. Banyak hal
yang kami bicarakan di dalam tenda. Sebelum kami terlelap, kami berencana
melanjutkan perjalanan ke puncak pukul 4 pagi. Namun Rendi dan kedua kawanya
tidak ingin melanjutkan perjalanan. Mereka memilih untuk bersantai-santai di
tenda dan menikmati pesona Surya Kencana.
Ekspetasi memang tidak sesuai realita. Pukul 5.30
Appe dan Andre baru bangun dari tidur nyenyaknya. Mereka pun memulai “ritual” di
pagi hari sebelum ke puncak. Menyeduh kopi dan memasak mie instan (satu untuk
berdua). Setelah “ritual” selesai, Appe dan Andre mulai berjalan menuju puncak
Gede. Tidak ada trek yang landau ketika menuju puncak.
Sekitar 30 menit kami berjalan dari Alun-Alun Surya
Kencana, kami tiba di puncak Gede. Pemandangan kawah, puncak Pangrango, gunung
Salak, dan hamparan semesta yang luar biasa terdapat di puncak Gede. Di puncak
kami bercengkrama dengan kelompok-kelompok pendaki lain dan tidak lupa untuk
berfoto-foto (pastinya). Dari puncak Gede, kami memutuskan untuk langsung
kembali ke tenda dan tidak menyempatkan singgah di puncak Pangrango (mungkin
lain kali). Sepertinya kami belum puas untuk menikmati nyamanya Alun-Alun Surya
Kencana. Sembari bersantai-santai dengan kopi, kami menyiapkan makan siang.
Hari semakin siang, dan cuaca mulai berkabut. Dan waktu
kami untuk turun dan kembali pada rutinitas pun tiba. Kami pun turun ketika
kabut yang lumayan tebal mulai menutub Alun-Alun Surya Kencana. Pendakian yang
sangat menyenangkan. Namun kami tidak menyarankan unutk menirunya. Teman-teman
harus tetap mematuhi regulasi yang ada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Sebelum mendaki, diharuskan untuk mendaftar secara online, membawa surat
keterangan sehat, dan mematuhi peraturan-peraturan yang ada. JANGAN MENIRU
KAMI.
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny